Kelompok 78 menurut Bonekmania memang 'mendapat tugas' menggolkan nama-nama calon lain.
VIVAnews - Ancaman hukuman dari FIFA kepada PSSI membuat suporter klub-klub di Indonesia meradang. Sebab, ancaman ini jatuh setelah Kongres PSSI pada 20 Mei 2011 gagal menghasilkan keputusan.
Kongres justru dirusak oleh interupsi Kelompok 78 yang ngotot meneriakkan nama George Toisutta dan Arifin Panigoro sebagai calon ketua umum. Padahal, sudah jelas kedua nama ini dilarang ikut pencalonan oleh FIFA.
Bukannya mencari solusi nama calon lain, Kelompok 78 ini malah berbalik menuding FIFA diskriminatif. Meski diberi penjelasan berulang-ulang, kelompok yang mengaku sebagai mayoritas itu tidak juga paham dan membuat Kongres menjadi ricuh.
Kongres justru dirusak oleh interupsi Kelompok 78 yang ngotot meneriakkan nama George Toisutta dan Arifin Panigoro sebagai calon ketua umum. Padahal, sudah jelas kedua nama ini dilarang ikut pencalonan oleh FIFA.
Bukannya mencari solusi nama calon lain, Kelompok 78 ini malah berbalik menuding FIFA diskriminatif. Meski diberi penjelasan berulang-ulang, kelompok yang mengaku sebagai mayoritas itu tidak juga paham dan membuat Kongres menjadi ricuh.
Agum Gumelar sebagai pemimpin sidang dan ketua Komite Normalisasi akhirnya membubarkan Kongres setelah lebih dulu meminta maaf pada rakyat Indonesia.
"Ricuhnya Kongres PSSI di Jakarta dipicu masalah sepele. Pertama, Kongres PSSI itu sudah tersusupi banyak kepentingan, termasuk kepentingan politik," ujar Hari Santosa sebagai anggota Bonekmania --pendukung Persebaya Surabaya.
"Kedua, munculnya 'Kelompok 78' menurut saya ada yang menggerakkan. Mereka, dengan skenarionya sengaja digerakkan untuk membuat kegaduhan dengan mempersoalkan kinerja Komisi Banding. Ini yang sangat tidak relevan. Urusan Komisi banding itu sudah selesai," tambahnya.
Hari menambahkan, sebenarnya Kelompok 78 ini memang 'mendapat tugas' menggolkan nama-nama calon lain untuk ikut maju di pemilihan ketua. "Tugas mereka sebagai 'boneka', selanjutnya jika calon mereka terpilih, dapat dipastikan mereka akan mengundurkan diri kemudian," kata Hari.
Selain dari Bonekmania, kecaman suporter juga mengalir dari Kelompok suporter Semen Padang (The Kmer's), pendukung Persib Bandung (Viking), dan dari mantan Anggota Komite Normalisasi, FX Hadi Rudyatmo.
"Ricuhnya Kongres PSSI di Jakarta dipicu masalah sepele. Pertama, Kongres PSSI itu sudah tersusupi banyak kepentingan, termasuk kepentingan politik," ujar Hari Santosa sebagai anggota Bonekmania --pendukung Persebaya Surabaya.
"Kedua, munculnya 'Kelompok 78' menurut saya ada yang menggerakkan. Mereka, dengan skenarionya sengaja digerakkan untuk membuat kegaduhan dengan mempersoalkan kinerja Komisi Banding. Ini yang sangat tidak relevan. Urusan Komisi banding itu sudah selesai," tambahnya.
Hari menambahkan, sebenarnya Kelompok 78 ini memang 'mendapat tugas' menggolkan nama-nama calon lain untuk ikut maju di pemilihan ketua. "Tugas mereka sebagai 'boneka', selanjutnya jika calon mereka terpilih, dapat dipastikan mereka akan mengundurkan diri kemudian," kata Hari.
Selain dari Bonekmania, kecaman suporter juga mengalir dari Kelompok suporter Semen Padang (The Kmer's), pendukung Persib Bandung (Viking), dan dari mantan Anggota Komite Normalisasi, FX Hadi Rudyatmo.
No comments:
Post a Comment