Kongres PSSI, Jumat, 20 Mei 2011 berakhir deadlock.
VIVAnews - Ribuan masyarakat mengecam sikap ngotot Kelompok 78 saat mengikuti Kongres PSSI, Jumat, 20 Mei 2011. Para pendukung George Toisutta dan Arifin Panigoro itu dianggap bertanggung jawab atas jalan buntu yang tercipta saat sidang.
Kecaman terhadap kelompok 78 datang dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka mengutarakan kekecewaannya lewat pesan singkat yang dikirim salah mantan anggota Komite Normalisasi, FX Hadi Rudyatmo.
"Sejak kongres (Jumat, 20 Mei) hingga hari ini (Sabtu, 21 Mei), jumlah sms dari warga yang masuk ke handphone saya mencapai 12 ribu lebih," kata Rudyatmo kepada VIVAnews, Sabtu, 21 Mei 2011.
Rudyatmo mengaku, sebagian pesan singkat bahkan bernada cukup keras. Sedangkan sebagian lagi berisi dukungan moril terhadap Komite Normalisasi.
"Mereka memaki-maki supaya Kelompok 78 bertanggung jawab. Pengirim pesan itu berasal dari mana-mana, seperti dari Papua juga ada. Kan teman-teman saya juga banyak,” ujar Rudyatmo.
Rudyatmo sempat menunjukkan salah satu pesan yang diterimanya terkait Kongres PSSI. Bunyinya, "Kelompok 78 harus bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia atas kisruhnya kongres semalam."
Sebagai Wakil Walikota Solo, Rudyatmo memang membiarkan nomor telepon selularnya diketahui publik. Tujuannya adalah agar masyarakat bebas menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
"Handphone saya kan terbuka bagi siapa saja. Ya sopir bus, penarik becak atau siapapun bisa mengirimkan keluhannya,” kata Rudyatmo.
Kelompok 78 memang menjadi 'bintang' pada Kongres PSSI, Jumat, 20 Mei lalu. Selama sidang, berbagai manuver dilakukan para anggotanya untuk meloloskan pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro.
Kedua kandidat ini sebelumnya telah dilarang FIFA untuk maju dalam bursa pemilihan. Bahkan saat pada Kongres PSSI, wakil FIFA, Thierry Regenass telah menyampaikan alasan pelarangan kedua kandidat itu.
Meski demikian, peserta dari kelompok 78 tetap ngotot. Hujan interupsi pun tak dapat dihindari. Suasana semakin panas saat Pimpinan Sidang, Agum Gumelar tidak bersedia mengubah agenda Kongres.
Suasana yang semakin tidak kondusif akhirnya memaksa Agum untuk menghentikan Kongres PSSI. Situasi ini membuat Indonesia kini berada dalam bayang-bayang sanksi pembekuan dari FIFA.
Rudiyatmo sendiri memilih mundur dari keanggotaan Komite Normalisasi sesaat sebelum Kongres dihentikan. Rudi mengaku keputusan itu diambil karena menilai Kongres sudah berjalan tidak sehat.
Kecaman terhadap kelompok 78 datang dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka mengutarakan kekecewaannya lewat pesan singkat yang dikirim salah mantan anggota Komite Normalisasi, FX Hadi Rudyatmo.
"Sejak kongres (Jumat, 20 Mei) hingga hari ini (Sabtu, 21 Mei), jumlah sms dari warga yang masuk ke handphone saya mencapai 12 ribu lebih," kata Rudyatmo kepada VIVAnews, Sabtu, 21 Mei 2011.
Rudyatmo mengaku, sebagian pesan singkat bahkan bernada cukup keras. Sedangkan sebagian lagi berisi dukungan moril terhadap Komite Normalisasi.
"Mereka memaki-maki supaya Kelompok 78 bertanggung jawab. Pengirim pesan itu berasal dari mana-mana, seperti dari Papua juga ada. Kan teman-teman saya juga banyak,” ujar Rudyatmo.
Rudyatmo sempat menunjukkan salah satu pesan yang diterimanya terkait Kongres PSSI. Bunyinya, "Kelompok 78 harus bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia atas kisruhnya kongres semalam."
Sebagai Wakil Walikota Solo, Rudyatmo memang membiarkan nomor telepon selularnya diketahui publik. Tujuannya adalah agar masyarakat bebas menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
"Handphone saya kan terbuka bagi siapa saja. Ya sopir bus, penarik becak atau siapapun bisa mengirimkan keluhannya,” kata Rudyatmo.
Kelompok 78 memang menjadi 'bintang' pada Kongres PSSI, Jumat, 20 Mei lalu. Selama sidang, berbagai manuver dilakukan para anggotanya untuk meloloskan pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro.
Kedua kandidat ini sebelumnya telah dilarang FIFA untuk maju dalam bursa pemilihan. Bahkan saat pada Kongres PSSI, wakil FIFA, Thierry Regenass telah menyampaikan alasan pelarangan kedua kandidat itu.
Meski demikian, peserta dari kelompok 78 tetap ngotot. Hujan interupsi pun tak dapat dihindari. Suasana semakin panas saat Pimpinan Sidang, Agum Gumelar tidak bersedia mengubah agenda Kongres.
Suasana yang semakin tidak kondusif akhirnya memaksa Agum untuk menghentikan Kongres PSSI. Situasi ini membuat Indonesia kini berada dalam bayang-bayang sanksi pembekuan dari FIFA.
Rudiyatmo sendiri memilih mundur dari keanggotaan Komite Normalisasi sesaat sebelum Kongres dihentikan. Rudi mengaku keputusan itu diambil karena menilai Kongres sudah berjalan tidak sehat.
No comments:
Post a Comment